Ahlan Wa Sahlan! ^^

Assalamu'alaykum warahmatullah, terimalah sapaan tulus yang datang dari hati ini, Saudaraku. semoga salam ini yang menjadi saksi kita kelak dalam perjalanan menuju syurgaNya. Menembus ruang dan waktu... di pertemuan sesungguhnya setelah kematian bersama Sang Teladan sepanjang masa Rasulullah sholallahu 'alayhi wasalam; di telaga Alkautsar.

Kamis, 09 Agustus 2012

(final) decision making!

bersabar yang sejati adalah
tetap maju
meskipun ada pilihan untuk mundur

tetap berada di jalur yang benar
meskipun ada pilihan
untuk mengambil jalan pintas

(anonim)
 


mungkin sekarang kita masih denial dengan apa yang telah kita putuskan.
terlepas dari apakan ada banyak intervensi dari MR maupun orangtua atas pilihan-pilihan hidup kita.
tetapi tsiqoh saja.
bukan karena tidak ada 'pilihan'
namun, boleh jadi justru inilah 'pilihanNya'
atas istikhoroh panjang kita


lalu tinggal waktunya
untuk tak bosan meminta
kebarokahan dari Allah semata.
atas pilihan-pilihan yang mungkin tak kita ketahui bersama

Ustaz Salim pernah berkisah,
'di jalan cinta para pejuang biarkan cinta berhenti pada titik ketaatan.
meloncati rasa suka dan tak suka.
melampaui batas cinta dan benci karena hikmah sejati tidak selalu terungkap di awal pagi..
karena sering kali kebodohan merabunkan kesan sesaat...

karena aku tahu,
menaatiMu dalam hal yang tak kusukai
adalah kepayahan, perjuangan, dan gelimang pahala
kerena seringkali ketidaksukaanku,
hanyalah bagian dari ketidaktahuanku

toh, cinta bisa diupayakan to?!

mungkin...
tidak memulakannya dengan dengan 'jatuh'
tetapi boleh jadi
'bangun' punya kejutan-kejutan yang lain.


Ramadhan 21th
dalam penjagaan menuju Mitsaqon Ghalizho
(Yaa Hafiiz, keep us on the right track until in Jannah. aamiin)

Senin, 05 Maret 2012

Be My Wife!

beberapa waktu yang lalu, tiba2 kepikiran mau nonton Lost In Love, sequel filmnya Eifel I'm in Love, ternyata lumayan juga filmnya. Meskipun temanya ABG jaman sekarang banget. As a penikmat Indonesian Movies (ga semuanya sih), ini film cukup menghibur. terlebih ni film juga menggunakan 3 bahasa; Indonesia, Inggris, dan Prancis. Pake ada sub-title-nya juga lagi! haha..
musik yang dibuat untuk sound track-nya juga bagus. semua soundtracknya dibuat sama Tangga. grup musik campuran (Eh! kayak badminton aja) yang masih eksis dan bertahan belantara musik Indonesia.. arasement lagunya juga Ok! liriknya juga based on script banget.  jadi bisa ngerasain chemistry yang ada di filmnya lewat lagu. Nah, salah satu lagu yang cukup kuat menggambarkan tentang perasaannya si Adit kepada Tita ini, judulnya Be My Wife. Lagu ini, bukan judulnya saja yang menggunakan bahasa Inggris (bukan seperti kebanyakan judul lagu grup musik di Korea Selatan sana), semua liriknya ditulis dengan bahasa Inggris. lumayan asik dan bikin ngantuk, haha..
anyway, dari pada saya berceloteh panjang lebar ga ada ujungnya. lebih baik langsung cek aja deh liriknya. siapa tau dari yang pernah baca tulisan ini ada yang berkenan untuk meminta kepada calon suami-nya kelak untuk melamarnya dengan menggunakan lagu ini... atau malah minta mahar berupa "Seperangkat alat sholat dan lagu Be Me Wife".. hiyaaah! Well, it's goes like this..



Damn why it's so hard to say
Secret feelings locked away
Heaven knows I've always felt so much
For you

I'm not that romantic
Even worse I'm sarcastic sometimes
And now it's time I tell you this
What's always been my only wish

Reff :
Eventhough I'm no spiderman or superman
I'll be the one who guards you
Night and day and trust me
I don't need no spiderweb or laser eyes
Cause you're giving me
The strength to say
Share you life and be my wife

Damn why so hard for me to say
Secret feelings locked away
Heaven knows I've always felt this much
For you
I'm not that romantic

Even worse I'm sarcastic sometimes
And now it's time I tell you this
What's always been my one
and only wish

Bridge :
Can't believe what I heard
It's so beautiful filled in my soul
Please tell me that I'm not dreamin
Will you be my wife... Baby...?


Note:
Kalau kejadian beneran (dilamar pakai lagu ini atau minta mahar pakai lagu ini).. kasih tau saya ya! Mercy :D

Rabu, 29 Februari 2012

Khadijjah binti Khuwailid

Tulisan ini adalah resume dari sebuah buku. Dibuat sekitar 4 tahun yang lalu. Saat masih merasakan kebersamaan yang indah bersama Bunga Mujahiddah.. tempat 'pemberhentian sejenak' yang tiada tergantikan. Begitu pula kenangan yang pernah ada padanya. Juga pada tulisan ini dan sosok Khadijjah binti Khuwailid cinta tiada akhir Sang Nabi...
~*****~
 
Ia adalah Khadijjah binti Khuwailid ibnu Asad Abdil Uzza ibnu Qushay. Persis di Qushay, kakeknya yang keempat, nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah. Ibu Khadijjah bernama Fathimah binti Zaidah. Nenek Kahdijjah dari pihak ibu bernama Halah binti Abdu Manaf. Abdu Manaf adalah kakek ketiga Rasulullah. Jadi, dari pihak ayah mapun ibu Rasulullah dan Khadijjah memiliki hubungan kekerabatan yang dekat.
Ayah Khadijjah, Khuwailid, terkenal sebagai lelaki yang cerdas, kaya, terhormat, berakhlak mulia, jujur dan terpercaya. Khadijah juga memiliki saudara sepupu yang bernama Waraqah ibnu Naufal ibnu Asad, salah satu dari empat orang Arab yang menolak penyembahan berhala oleh kaum Quraisy.
Khadijah larih limabelas tahun sebelum Rasulullah lahir. Khadijah muda adalah seorang gadis cantik berperilaku baik. Suami pertamanya adalah Abu Halah an-Nabbasy ibnu Zurarah at-Taymi. Pernikahan itu berakhir ketika Abu Halah wafat meinggalkan dua anak laki-laki Hindun dan Halah.
Khadijjah kemudian menikah lagi dengan Athiq ibnu Aid al-Makhzumi. Dari suaminya yang kedua ini Khadijjah mendapatkan anak perempuan bernama Hindun. Keturunan Khadijjah dari pernikahan keduanya ini tinggal di Madinah dan sering disebut sebagai bani Thahirah yang berarti keturunan wanita suci.
Pada masa jahiliyyah, Khadijah diberi gelar Thahirah atau wanita yang suci. Setelah pernah dua kali menikah, banyak lelaki yang mencoba meminangnya dengan menawarkan sejumlah harta dalam jumlah besar sebagai maskawin, tetapi Khadijah menolak semua pinangan tersebut dan lebih memilih mengasuh anak-anaknya dan mengelola perdangannya.

Pertemuan Agung antara Khadijah binti Khuwaillid dengan Muhammad bin Abdullah
Khadijah bertemu Rasulullah ketika ia ingin menginginkan kafilah datang ke negeri Syam yang akan memperdagangkan barang dagangannya. Saat itu masyarakat Mekah sedang ramai membicarakan Muhammad bin Abdullah atas kejujuran dan keluhuran budinya ditengah teman-teman sebayanya yang sibuk berfoya-foya.
Khadijah pun kemudian memanggil Rasulullah untuk berbincang. Pada pertemuan kali itu Khadijah melihat bahwa Muhammad bin Abdullah adalah seseorang yang baik, cerdas, dan menawan baik secara fisik maupun akhlaqnya. Khadijah mulai jatuh hati pada Rasulullah ketika ia mendengar cerita tentang Muhammad bin Abdullah dari Maysarah dan sepupunya yang seorang nasrani Waraqah bin Naufal. Ia tahu bahwa cinta yang tumbuh dalam hatinya adalah perasaan yang wajar bagi wanita mulia yang mendambakan seorang pendamping hidup yang dapat dipercaya. Akan tetapi Khadijah sempat ragu. Pantaskah ia menikah dengan Muhammad?
Dalam tradisi Arab wanita hanya diperbolehkan menunggu lamaran dari laki-laki. Namun karena pengalamannya dalam dunia bisnis dan keteguhan serta inisiatif yang ia pahami sebagai kunci keberhasilan, ia pun kemudian meminang Muhammad bin Abdullah, dengan menggunakan siasat. Ia mengirim Nafisah binti Umayyah yang masih kerabat dekat Muhammad dan menasehati –seperti seorang ibu kepada anaknya- Muhammad akan pentingnya menikah.
Dengan meminang Muhammad, sebenarnya Khadijah telah menciptakan sebuah tradisi yang memihak dan menghormati wanita. Jika wanita berhak mengatur urusan-urusanya sendiri, mengapa tidak boleh memiliki seorang laki-laki untuk menjadi pendamping hidupnya kelak dan ayah bagi anak-anaknya? Terlebih Khadijah sendiri-lah yang kemudian mengungkapkan secara langsung pinagannya. Hal ini menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi sekaligus keberanian menuntut hak dan menyampaikan aspirasi tanpa perantara. Adapun perkataan Khadijah ketika melamar Muhammad adalah:
“Wahai anak pamanku, aku berhasrat untuk menikah denganmu atas dasar kekerabatan, kedudukanmu yang mulia, akhakmu yang baik, integritas moralmu, dan kejujuran perkataanmu.”
Muhammad menerimanya dengan didampingi oleh Bani Hasyim yang dipimpin oleh Abu Thalib dan Hamzah, juga hadir bani Mudhar, sedang Khadijjah didampingi oleh bani Asad yang dipimpin oleh Amr ibnu Asad. Dengan Abu Tahlib dan Amr ibnu Asad yang memberikan tausyiah pernikahan.
Pernikahan itu dilaksanakan pada 2 bulan lebih 15 hari setelah Rasulullah kembali dengan banyak laba berlipat ganda dari Syam. Mahar yang diberikan kepada Khadijah berupa 20 ekor unta merah. Usian Muhammad pada saat itu adalah 25 sedangkan usian Khadijah pada saat itu 40 tahun. 
   
Khadijah: Sahabat, Ibu dan Istri yang Menyejukkan
Peristiwa yang mengharukan sepanjang sejarah Kenabian Rasulullah adalah memang ketika Khadijah adalah orang pertama dan satu-satunya yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Belum lagi ketika pra-masa kenabian, mendekati Ramadhan Muhammad di datangi oleh Jibril dengan manampakkan diri secara langsung pada Muhammad. Muhammad yang ketakutan langsung berlari pulang kerumah dan menemui istrinya tercinta, menceritaka peristiwa yang baru saja ia lihat tadi. Khadijah, istri yang sholelah ia kemudian menghibur hati suaminya yang sedang dilanda kegundahan. Juga ketika Muhammad kembali ketempat penyendiriannya, ia mendengar suara-suara gaib memanggilnya, sering juga ketika Muhammad sedang berjalan di malam hari ia seakan diterangi cahaya. Dari sekian peristiwa yang terjadi itu Muhammad sangat bingung dan merasa bahwa ia menyadari akan tanda-tanda kegilaan, namun sekali lagi Khadijah menguatkannya dengan perkataannya yang lembut, “Allah tidak akan pernah melakukan hal itu kepadamu, Wahai putera Abdullah.” Demikianlah Khadijah berusaha menghibur dan menenangkannya.
Peristiwa seperti itu terus saja dialami oleh Muhammad hingga datang bulan Ramadhan, tahun kelima Ka’bah direnovasi. Muhammad yang sedang berdiam diri di Gua Hiro didatangi oleh Jibril kembali dan kali ini jibril datang dengan berita gembira untuk seluruh umat manusia yang dibawa olehnya dari Allah dan hingga menjadikannya serta mengangkatnya menjadi Rasul.  Ketika wahyu itu turun Muhammad yang luarbiasa takut pulang dengan wajah dan tubuh yang tegang dan gemetar. Rasulullah kemudian meminta Khadijah menyelimutinya, Khadijah menyelimutinya dengan tetap menghibur dan menguatkannya serta menungguinya hingga ia terlelap.
Ketika Muhammad kemudian diangkat menjadi Rasul, Khadijah berperan penting dalam menghilangkan keraguan dan ketakutan diri Muhammad. Khadijah pula yang pertama kali beriman dan mempercayainya. Ditengah kerasnya intimidasi dan pertentangan dari kaum Quraisy kepada Rasulullah, Khadijah juga dengan setia mendampinginya dan membelanya. Benarlah pernyataan bahwa “Muhammad tidak pernah menerima pengingkaran dan pendustaan yang menyakitkan hari kecuali Allah menginginkannya melalui Khadijjah.”

Wanita Mulia sepanjang Masa di Dunia dan Akhirat
Perjuangan seorang istri yang sangat patuh terhadap suaminya melahirkan banyak keberkahan dan segala kebaikan yang ditujukan kepada Khadijah hingga Allah pun menghormati Khadijah. Di kisahkan suatu hari, malaikat Jibril mendatangi Rasulullah dan berkata “Wahai Muhammad, sebentar lagi Khadijah akan datang membawakan makanan dan minuman untukmu. Kalau ia datang sampaikan salam dari Allah dan dariku.” Cara Khadijah menjawab salam itupun menggambarkan keluasan pandangan dan kedalaman perasaan. Jawaban yang mengandung pengagungan kepada Allah, doa agar Allah menganugerahkan kedamaian dan keselamatan serta salam untuk Jibril yang telah menyampaikan salam dari Allah. Khadijah berkata “Allah-lah pemelihara kedamaian dan sumber dari segala kedamaian. Salamku untuk Jibril.”
Rasulullah juga pernah bersabda, “Aku diperintahkan untuk memberi kabar gembira kepada Khadijah bahwa akan dibangun untuknya di surga sebuah rumah dari permata; tidak ada hiruk pikuk dan rasa lelah di sana.” Allah juga memberikan sebuah keistimewaan kepada Khadijah. Hanya darinyalah anak keturunan Rasulullah berasal.

Cinta Sejati yang Tak ‘Kan Terlupakan
Peran itu berjalan selama sepuluh tahun, hingga Khadijah meninggal pada usia 65 tahun. Kekutan fisik dan kecantikan Khadijah mungkin saja bisa pudar dan menghilang namun tidak akan pernah berubah dalam diri Khadijah yaitu kekkuatan spiritual dan kejernihan cintanya. Ia akan selalu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah sebabnya hingga tidak ada yang dapat menggantikan posisi Khadijah di hati Muhammad.
Hal itu pulalah yang sering membuat ‘Aisyah menjadi sangat cemburu terhadap Khadijah. ‘Aisyah dalam suatu riwayat bercerita
“Aku tidak pernah merasa cemburu kepada seorang wanita sebesar rasa cemburuku kepada Khadijah. Aku tidak pernah melihanya, tetapi Rasulullah sering menyebut dan mengingatnya. Ketika menyembelih seekor kambing, beliau memotong sebagian dagingnya dan menghadiahkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Aku pernah berkata pada Rasululla ‘Seperti tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah.’ Rasulullah kemudian menjawab ‘Khadijah itu begini dan begitu, dan darinya lah aku memperoleh keturunan.’”
Pada saat lain ketika ‘Aisyah sedang cemburu kepada Khadijah, Rasulullah pernah berkata, “Aku dikaruniai rasa cinta oleh Allah yang mendalam kepadanya.”
Dalam sebuah riwayat lain, ‘Aisyah juga mengisahkan “Rasulullah tidak pernah keluar rumah tanpa menyebut dan memuji Khadijah. Hal itu membuatku cemburu. Ku katakan ‘Bukankah dia hanya seorang wanita tua renta dan engkau telah diberikan pengganti yang lebih baik darinya?’ mendengar itu Rasulullah kemudian murka hingga bergetar bagian depan rambutnya. Kemudian beliau bersabda ‘Tidak. Demi Allah, aku tidak pernah mendapat pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Ia beriman kepadaku ketika semua orang ingkar. Ia yang mempercayaiku tatkala semua orang mendustakanku. Ia memberikan aku harta pada saat semua orang enggan member, dan darinyalah aku memperoleh keturunan-sesuatu yang tidak pernah ku peroleh dari istri-istriku yang lain.’ Maka aku berjanji pada diriku untuk tidak mengatakan yang buruk lagi tentang Khadijah.”
Salah satu contoh gamblang bahwa betapa Khadijah sangat berarti di hati Rasulullah adalah ketika fathul Makkah (pembebasan Mekah), Rasulullah menunjuk Zuabir ibnu Awwan untuk memimpin sekelompok pasukan muhajirin dan anshor. Beliau memberikan panji pasukan dan memerintahkan Zubair untuk menancapkannya di Hujun, sebuah dataran tinggi di Mekkah. Beliau berpesan “Jangan tinggalkan tempat engkau tancapkan panji ini hingga aku mendatangimu.”
Sampai di Hujun, Abbas ibnu Abdil Mutholib berkata pada Zubair, “Wahai Zubair disinilah Rasulullah memintamu memancangkan panji pasukan.”
Di Hujun itulah, di dataran tinggi itu terletak makam Khadijah binti Khuwaillid. Tempat itu yang dipilih oleh Rasulullah sebagai pusat komando dan pengawasan pasukan islam pada perang pembebasan Mekah. Dari sana pulalah Rasulullah memasuki kota Mekah, pada hari kaum muslimin berhasil mengalahkan kaum kafir Quraisy, ketika orang-orang memeluk islam secara berbondong-bondong, ketika agama tauhid menghancurkan kemusyrikan. Pada hari yang bersjarah itu, Ka’bah dan masjidil Haram dibersihkan dari berhala-berhala. Saat itu pula Rasulullah membacakan ayat yang berbunyi:
dan Katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.“(Al-Isra:81)

Senin, 15 Agustus 2011

Ramadhan day 15th

Ramdhan hari ke-15...
sudah setengah bulan nih!
purnama juga tak lagi benderang
kabut hitam baru saja menatang terang
seperti sangat menyukai bulan yang hendak berpendar
seperti menggoda.
namun, hilang di se-per-empat malam.
huh, absurd memang!

adakah tanya belum terjawab?
bahagia yang belum terluap?
tangis yang masih meng-endap?

semua peluh dan keluh,
mengaduh dalam satu bait panjang lantunan do'a yang menenangkan
menghabiskan 1 surah panjang dari juz 27 atau 29 pada tiap raka'atnya dan tenggelam dalam sujud panjang di se-per-tiga malam
  
bukankah ini merupakan salah satu perintahNya juga,
dalam kitab yang dibawa oleh Muhammad SAW 5 abad lalu
"(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring..."
dan kau juga kau melakukan itu sebagai salah satu bukti kecintaanmu terhadap Sang Khalik dan keturunan dari Sang Khalilullah; Ibrahim AS

dia manusia terbaik sepanjang masa.
penghulu para nabi, rasul, dan para syuhada
Ia manusia paripurna yang darinya-lah aku belajar bersyukur

kesyukuran atas segala nikmat yang tiada terhitung
membuncah pada dirinya yang membuatnya tidak pernah meninggalkan amalan-amalan sunnah

ia ridho kakinya menjadi bengkak karena sholat malam yang dilakukannya
ia sering mengganjal perutnya dengan kerikil yang membuat para sabahat menangis ketika mengetahuinya
bahkan ia lebih menyukai tidur dengan hanya beralaskan tikar dari anyaman daun yang dikeringkan
sementara para raja Persi dan Romawi tidur di atas kasur yang empuk yang nyaman juga permadani yang lembut

sabdanya: Afala akuna 'abdan syakuro?


***



Ramadhan hari ke-16
14 hari lagi purnama itu hilang
hanya ada sebuah lengkungan garis kuning keemasan yang terlihat samar

itu bulan baru!
Syawwal namanya.
yang berarti Ramadhan telah usai
dan kau berjanji akan kembali setelah tiga purnama, bukan?
setelah itu kau akan menunggu sumpahmu
dan kau yang lain...
Ku rasa kau masih berikhtiyar untuk takdir terbaikmu
di Jogja, Medan, atau Jepang
atau dalam takdir Allah yang lainnya

dan aku...
masih dengan label dan status yang sama seperti 5 tahun yang lalu
tenggelam dalam tumpukan naskah buram
berangka 100 tahunan
dan belum ada perubahan signifikan
apalagi berpenghasilan


Tenang!
aku tidak sedang meminta perhatian
agar kalian berempati dan merasa kasihan
aku hanya sedang menceracau tidak karuan
jangan dipikirkan.
hanya sedikit khawatir
akan kembali merasa kehilangan...

Raudhoh 7, 16 Ramadhan 1432 H
Rose

Kamis, 02 Juni 2011

MySt(e)ry=MySt(o)ry


Beberapa waktu belakangan banyak peristiwa yang mengingatkanku tentang masa lalu. Masa kecilku dimana banyak hal terpetakan saat itu; tentang banyak cita-cita, tentang kesenanganku terhadap sesuatu, tentang masa depan yang kala itu masih menjadi misteri bagi anak kecil usia 11 tahun yang sedang bersemangat mencari jati dirinya.
Memori-memori itu kembali berkelibat dalam pikiranku. Menjejali ruang sempit dalam otak kananku. Sampai suatu hari di pekan lalu, aku teringat akan keinginanku untuk menjadi seorang violist. Kala itu aku terdiam. Cukup lama. Mengenangnya kembali sambil mendengarkan lantunan instrument biola yang sengaja ku download. Bibir ini mengembang. Mata ini terpejam. Hanya memori ini yang berjalan menembus waktu. Kala itu, 12 tahun silam. Anak kecil itu menginginkan dirinya bisa bermain biola. Alat musik yang saat itu sangat ia gemari. Hingga terbawa mimpi. Dalam mimpinya ia mahir memainkan alat musik gesek itu dengan merdu.  Hmm… Seperti menemukan separuh jiwa yang sempat hilang. That was my passion.. and after all I still feel the same... violist wanna be!
At least, kemampuan ku dalam memainkan alat musik bersenar sudah pernah teruji. Aku mampu memainkan gitar dengan baik. Meskipun tidak sampai mahir sebab gitar bukan ‘jiwa’-ku. Paling tidak, cukup dengan kunci-kunci dasar dan beberapa kunci balok yang ku kuasai dapat membuatku menciptakan beberapa lagu untuk teman-temanku saat ujian kelompok seni musik ketika SMA.. atau mencari not dalam sebuah lagu pop terbaru kala itu. Ternyata ada keuntungannya juga menjadi seorang auditori dan pendengar yang baik. Itu berarti kecerdasan musikalku bisa diperhitungkan. Haha..
Belakangan jadi sering menertawakan diri sendiri. Banyaaak sekali impian yang ingin dicapai. Mulai dari kuliah S2 ke Eropa (Belanda atau Inggris untuk Filologinya atau Jerman untuk Psikologinya –hehe, u wish!) sampai sempat memetakan untuk belajar bahasa Arab dan menambah lebih banyak hapalan Qur’an sehingga dapat kuliah S2 di Madinah dan mengambil syari’ah atau sejarah (hehe, jauh banget ya?!).  Namun, realisasinya malah berantakan. Fokusnya jadi berpecah. Kesungguhannya jadi terbelah. Jika dipetakan kembali, impian-impian yang pernah dan sedang aku jalani belum ditemukan “benang merah”nya. Jika divisualisasikan dalam bentuk lukisan, mungkin gambar yang tercitrakan adalah gambar benang kusut yang berwarna merah. Benang yang masih memiliki simpul-simpul terikat, kuat, dan membulat. Belum bisa diuraikan satu demi satu. Menjadi satu jalinan benang panjang yang dapat lebih bermanfaat.
Banyak orang yang telah menyarankan, termasuk Mama, untuk fokus dan menyelesaikan amanahku; satu per satu! Mungkin benar perkataan mereka. Sumbatan-sumbatan dalam hidupku ini yang harus segera dibuka dengan ikhtiyar yang sungguh-sungguh. Allah kan akan memberikan hasil sesuai yang diusahakan to? Dan Ia selalu sesuai dengan prasangka hambaNya, inilah hidupku. Takdirku. Narasi yang ku buat atas izinNya. Mystery mungkin bisa berarti misteri yang juga bisa berarti takdir. Namun, Mystery is also mean myStory; dan aku akan membuat simpul-simpul benang itu terbuka dengan segera dan melanjutkan narasiku yang juga masih menjadi misteri takdir Allah…

Roudhoh 7, 1 Juni 2011

Minggu, 01 Mei 2011

Fajar di Batas Senja (the Sequel)


Tidak! Saya bukan seorang yang melankolis. Lebih cocok dikatan peka, mungkin. Haha. Hey, ini bukan defences mechanisme saya lho.. tapi benar kok. Saya bukan termasuk orang-orang lembut dengan kapasitas tampungan air mata yang banyak. Jika pun ada hal-hal yang menyedihkan, seperti disakiti (fisik –jangan sampe- maupun psikologis –sering, hehe-), kehilangan (barang maupun orang), atau peristiwa yang mengesalkan, saya lebih memilih untuk lebih banyak merenung dan diam.  Mengevaluasi apa yang telah terjadi dan merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Eits, tapi jangan anggap saya tidak punya perasaan. Saya tetap menangis. Akan tetapi, menangisnya saya biasanya dalam momentum-momentum tertentu. Misalnya, sholat dan berdoa (tidak selalu sih. Apalagi kalau pas lagi banyak masalah, hehe kalau yang ini semua orang kayaknya juga) lebaran (pas sungkem. Biasanya sama bapak pasti langsung menganak sungai. Ga’ tahu kenapa, terjadi begitu saja), wisuda (sedih karena melihat akan ada banyak pengangguran baru di Indonesia Raya: Merdeka! Merdeka!), datang ke panti asuhan cacat ganda (kalau yang ini benar2 spechless ga bisa ngomong apa2. Cuma melihat teman2 yang ada di sana senyum sedikit, tiba2 air mata sudah membanjiiir aja. Membayangkan kalau mereka bisa ngomong mereka akan cerita apa ya? Atau kalau mereka kesakitan dan sedih mereka akan cerita kesiapa? Karena bahasa mereka berbeda dengan manusia biasa. Itu sebabnya mereka bagitu istimewa, manusia luar biasa), dan mungkin satu lagi adalah... akad nikah! (Wow, excellent!)
Acara yang terakhir ini yang agak bikin malu. Habis yang nikah siapa yang nangis siapa. Haha, jadi malu sendiri. Berasa saya yang di nikahkan. Untung baru menyaksikan akad nikah kurang lebih  dua kali seumur hidup. Hehe, jangan heran ya. Memang sengaja datangnya pas selesai akad. Soalnya kalau setiap ada walimahan saya datang ke akadnya terus saya menangis setiap kali akad selesai diucapkan, bisa-bisa di cap ‘Drama Queen’ gara-gara tukang nangisan pas akad nikah. Bagus kalau bawa persiapan tisu. Kalau sedang tidak membawa, heem... alamat baju walimahannya menjadi sasaran pengganti sapu tangan.
 Kalau masalah malu mah, malu juga. Namun, bagimana lagi, emang sedih kok. Membayangkan yang mengucapkan akad adalah ayah saya. Laki-laki yang selama ini melindungi istri dan anak-anaknya. Menjadi pahlawan keluarga memperjuangkan hidup dirinya dan keluarganya. Membayangkan satu kalimat sakti ketika diucapkan saat akad akan merubah seluruh tatanan hidup seorang wanita kedepannya. (Heeem, horor banget ga tuh). Tugasnya bertambah. Naik jenjang. Selain masih bertugas sebagai anak dari orang tuanya, ia juga bertugas sebagai istri dari suaminya dan anak bagi orangtua suaminya. Belum lagi kalau nanti akan memiliki anak dalam waktu cepat. Tentu tugasnya akan bertambah lagi, yakni menjadi ibu. Sudah terpikir sampai kesitu siih.. tetapi untuk menjalankannya nanti dulu deh. Masih banyak yang perlu diselesaikan. Mumpung masih bisa kemana-mana sendiri dan belum ada yang mengatur. Hehe, kesempatan. Meskipun khawatir banyak fitnah juga karena belum segera menikah. Namun, insyaAllah pasti nanti akan ada masanya lah. Tunggu saja.
Kalau diingat-ingat sih, ini akad kedua kalinya setelah kurang lebih tujuh tahun yang lalu saya dan teman-teman halaqoh saya menyaksikan akad nikah Murobbiyah kami di salah satu GOR kelurahan di Bekasi. Sempat menangis kala itu tetapi tidak sampai sesenggukan. Ya, cukup menitikkan air mata saja. Kala, itu saya sebenarnya masih belum paham tentang konsep akan nikah yang sakral itu. Sekarang yang sudah sedikit lebih tahu, nangisnya jadi lebih banyak. Tidak hanya setitik air mata. Tetapi sampai bertitik-titik air mata.
Sedih. Ya, iya lah. Ngebayangin, seorang ayah yang tadinya memiliki tanggung jawab kepada anak-anaknya harus merelakan melepas anaknya yang sudah dididik dan dirawat sampai sekian puluh tahun kepada laki-laki yang mungkin baru dikenalnya selama beberapa bulan atau beberapa tahun saja. Seketika itu juga status seseorang akan berubah begitu juga kehidupannya. Termasuk masalah uang dan status, juga tempat tinggalnya kemudian serta banyak kejutan-kejutan lainnya  pasca-pernikahan. Makanya, akad itu bukan sesuatu yang sembarangan. Akad nikah itu adalah kaidah syariat yang membuat haram menjadi halal. Kalau belum akad, jangan coba-coba mengahalalkan. Langkahi dulu persetujuan para bapak.
Nih, jadi ngingetin para kaum Adam. Laki-laki itu jangan suka sembarangan dan tidak sopan dengan perempuan. Mereka masih punya seseorang yang harus dimintakan izinnya untuk ‘disakiti atau dibahagiakan’. Mereka masih punya seseorang yang bertangung jawab atas dirinya untuk ‘dimuliakan atau dihinakan’. Enak aja dia ngerayu-ngerayu anak orang. Menjanjikan ini itu kepada si anak perempuan. Perempuan mana coba yang tidak luluh ketika ada yang hendak melamarnya. Secara psikologis memang cinta[perlindungan, kesetiaan] itulah yang dibutuhkan perempuan. Belum jadi dilamar, sudah ditinggal pergi. Alasannya banyak. Banyak alasan. Salah satunya mungkin ada alternatif yang lebih memiliki prospek. Wiuh, bahasanya agak serem nih tetapi memang kebanyakan gitu tuh. Ga laki-laki biasa ga laki-laki yang luar biasa. Sama saja sebenarnya. Perbedaanya dalam masalah penjagaan diri terhadap hawa nafsunya yang buruk saja.[hehe, emosi tinggkat tinggi. Pengalaman kayaknya. Ga ding bukan saya..]
Kalau diingat-ingat banyak kejadian yang membuat ‘sakit hati’ adalah pada akhirnya yang jadi korban atas kesengsaraan yang menimpa perempuan disebabkan perempuannya sendiri [agak feminis dikit nih]. Sudah tahu kan kaidah yang mengatakan bahwa laki-laki kelemahannya ada pada mata (pandangan) dan telinga (pendengaran)nya. Adapun perempuan lemah pada telinga (pendengarannya) dan pada hatinya. Wajar kalau wanita sering luluh karena gombal-gombal yang diberikan sama lawan jenisnya itu. Mau sekeras apapun pendiriannya. Kalau ‘manuver’nya yang dilakukan secara sistemik dan istiqomah. Siapa yang tidak luluh. Yah, paling tidak iba-lah kerena usahanya sudah sangat keras sehingga timbul afeksi. Nah, seringnya lagi nih. Argumen itu dibantahkan sebab kejadiannya dari pandangan si laki-laki nih yang melihat wanita yang –katanya- begitu menarik hatinya –atau syahwatnya, hayo. Ekstrem, tetapi ini bahasa fikh teman-. Makanya dia melakukan manuver-manuver itu. ‘kan gara-gara perempuannya tuh yang pakaiannya menarik pandangan untuk dilihat’. ‘lalu ketika di sms dia memberikan peluang. Jadi salahnya kenapa mau berbalas-balasan sms dengan saya.’
WHAAAAT!!
Kalau saya bisa bela diri, sudah saya samperin tuh laki-laki dan ngajak duel. Sayangnya, saya tidak bisa T.T... lagi pula tidak ahsan ‘berantem’ fisik degan laki-laki. Kemungkinan besar akan kalah sebab emosi wanita lebih dominan sehingga teknik-tekniknya jadi tidak teraplikasikan dengan sempurna. Nendangnynya jadi bikin kaki keseleo misalnya. Atau pas mau ninju jadi kesakitan sendiri karena posisi tangan dan lengan yang salah. Wah, kalau begitu mah pakai jurus instant aja.  Disamperin orangnya trus ditonjok aja hidungnya. Hehe... lebih aman.      
Eeeh.. kok pembahasannya jadi jauh kemana-mana ya. Um, pada akhirnya berbicara masalah takdir adalah berbicara tentang kesiapan kita menerima apa yang akan dan telah Allah berikan kepada kita. Maksudnya, takdir adalah sesuatu yang tekah terjadi. Jadi kalau belum terjadi belum takdir namanya, misalnya akhirnya sahabat saya ini menikah dengan tetangga kecamatannya sendiri yang sebelumnya tidak ia kenal dengan baik karena hanya mengetahui profilnya dari ‘jauh’. Kebetulan si ikhwannya merupakan ketua mahasiswa daerah tempat mereka tinggal. Disinilah letak seni nya. Letak estetikanya. Letak keindahannya dari setiap skenario yang telah Allah tuliskan secara lengkap dan rinci di Lauh Mahfudz (papan yang terjaga).
Begitulah jika takdir sudah bicara. Tidak pandang bulu. Tidak juga pandang waktu. Jikalau memang sudah gilirannya pasti mudah. Tidak ada yang tidak mungkin bagiNya. Kaidahnya: kehendakNya diatas segalanya “Kun Fayakun!” firmanNya, jika diperintahkan untuk ‘jadi’ maka ‘Jadi-lah’.

ASIN (Akhowat Siap Nikah)

Awal tahun yang penuh berkah. Ternyata rowa’i yang dulu sempat ku tuliskan belum cukup membuat seluruh asrama berdecak kagum bahkan terkejut sampai sedikit kecewa dan memukul-mukul dada. Setelah beberapa hari yang lalu ada lagi rowa’i dengan subbab yang sama; Pernikahan. Ada wajah-wajah yang menjadi berbinar ketika berita itu sampai ke telinga mereka. Ada pula yang biasa saja setelah mendengarnya. Namun, agaknya ada satu ekspresi lain yang bukan keduanya. Tidak. Ini bukan ekspresi negatif. Lebih kepada situasi extraordinary bagi mereka yang sudah mempersiapkan dengan lebih lama dan matang. Mereka yang juga mengimpikan untuk segera meraih setengah dien, malah jadi terdahului. Sakit, sepertinya. Ada siratan keki di sudut wajah mereka tetapi tetap berbalut senyum khas dan candaan seperti biasanya. Namun, bagiku... tetap saja, terlihat. Bahkan dapat ku rasakan semakin jelas dan masuk ke dalam relung jiwa mereka. Mereka Iri. Hehe, hendak merasakan euforia yang sama terjadi pada dirinya. ini situasi yang positif dan konstruktif kok. Bisa dibilang wajar. Hanya saja mencoba berempati pada yang belum berkesempatan.

Memang sahabat-sahabat itulah yang sedang berusaha membaikkan diri mereka. Bukan hanya untuk perjalanan menuju proses sakral penuh makna itu. Namun, lebih kepada bagaimana mereka menyiapkan diri mereka bukan hanya menjadi seorang istri an sich melainkan juga mempersiapkan menjadi sosok pemikul peran luar biasa yang bahkan nyawa taruhannya; menjadi Ibu. Peran inilah yang sesungguhnya tidak mudah dan perlu waktu untuk belajar dan menyesuaikan dengan cepat. Peran ini pulalah yang terkadang kita lupakan sehingga terkadang membelenggu jiwa sebagian istri yang tidak siap dengan kehadiran sosok baru dalam rumah tangganya. Makanya, sydrom baby blues kerap menjadi ‘penyakit’ yang melanda mereka yang belum mempersiapkan jiwa mereka untuk menjadi seorang ibu. Bagi sebagian besar sahabat yang telah mempersiapkan diri, hal ini merupakan core dari kewajiban seorang wanita. Saya tidak berbicara gender disini. Saya berpikir bahwa pembahasan itu sudah selesai pada bab aqidah. [dikaji lagi ya ibu2 tentang rukun imannya!]

Pada akhirnya hal ini bukan hanya berkaitan dengan kesiapan, kemantapan, kematangan, ataupun keinginan menggebu yang berkorelasi positif dengan ikhtiyar [kesungguhan] dan do’a. Allah [pasti] akan memberikan hasil sesuai dengan usaha kita masing-masing kan. Jadi, bagi siapapun yang hendak segera menggenapkan diennya maka siapkanlah berbagai macam kesiapan. Orientasinya tidak hanya kesiapan materi (duniawi) saja tetapi juga kesiapan jiwa (psikologis), ruhiyah, keilmuan (mengerti fikh-fikh), kesiapan jasad (fisik), dan kesiapan-kesiapan lain yang bersifat teknis dan memiliki daya dukung yang relevan dan syar’i tentunya.

Catatan singkat ini sebenarnya sebagai refleksi dari rasa empati pada kepada dua orang teman asrama ku. do’aku semoga Allah menyegerakan untuk menggenapkan sebagian dien yang telah kalian impikan dan proyeksikan disetiap selipan percakapan ketika mengobrol. Ga’ tega sebenarnya melihat pancaran ketertarikan kalian ketika membahas mengenai bab itu ataupun ghiroh kesungguhan dalam menuntut ilmu yang luar biasa saat kuliah-kuliah fikh munakahat. Aku yakin Allah bukan tidak sayang dengan kalian dengan tidak mengabulkan do’a-do’a yang senantiasa kalian panjatkan di setiap sujud-sujud panjang kalian. Bukan pula Allah tidak mendengar dan memperhatikan lantunan do’a penghambaan yang khusuk dan merendah dari hambaNya seusai sholat. Aku yakin Allah punya rencana lain ukhti... dan engkau hanya butuh satu kalimat untuk menguatkan pendirianmu.. “Fashbir, shobron jamiil” maka bersabarlah dengan keindahan.. jika sudah datang waktunya tentu Allah tidak akan membuat kalian menunggu lagi. InsyaAllah akan segera ada yang menjemput kalian dengan hormat dan santun. Meminta dengan baik dan syar’i kepada ayahmu dan Murobbiyahmu (jama’ah) atas tanggung jawab yang akan dipikul selanjutnya atas dirimu dan anak-anak mu kelak.

Bersabarlah sebentar lagi, Ukh. Semoga keberkahan Allah akan turunkan kepada keturunan kalian kelak karena kesabaran atas proses yang telah Allah gariskan... sebab takdir tidak pernah tertukar. Ia hanya menunggu untuk hadir kepada siapa saja yang telah Allah tunjukkan kesiapan atas amanah yang akan diberikan kepadanya kelak. Itulah takdir. Jika Alah berkata “Kun!” maka tiada seorang makhluk pun yang mampu merubahnya. Wallahu’alam